3 Februari 2014

Bidadari berambut "cepol"

Sore itu, aku duduk menatapinya dari sudut ruangan, selisih beberapa meja dari tempat wanita itu duduk. Dia memakai kemeja berwarna putih, dengan kancing atas dibuka, 2 kancing. Ia terlihat sangat seksi. Rambutnya yang hitam lebat dan panjang itu dicepol, yang membuat leher belakangnya terlihat jelas. Ada bulu-bulu halus di situ. Ia merasa cuaca sore itu cukup gerah sepertinya. Kakinya yang panjang itu ditumpu oleh heels, yang membuat kakinya terlihat kokoh. Itu adalah kaki yang indah. Di mejanya terletak sepiring nasi goreng dan segelas es teh, yang sedang ia santap. Bahkan caranya menyendok makanan itupun terlihat indah di mataku. Apa ini? Apa aku jatuh cinta padanya? Apa mungkin iya?

Hei! Dia sadar kalau sedang aku perhatikan. Dia melihatku! Aku kepergok.. Aku buru-buru memalingkan wajah, mencoba membuat kesibukan. Aku mainkan henponku, padahal lagi mati. --" 
Tapi aku sok sibuk aja. 

Cepolan rambutnya sesekali lepas, lalu rambut yang indah itu terurai dengan indah. Karena dia lupa mungkin membawa ikat rambutnya. Saat dia mengangkat kedua tangannya, untuk merapikan lalu mencepol rambutnya lagi, saat itu juga aku sangat ingin memeluk tubuhnya dari belakang. Lalu membisikan ketelinganya dengan lembut: aku suka semua yang ada padamu. 

Tapi hayalan itu harus aku hentikan, karena ternyata ada seorang pria yang duduk di depannya, dan membantu membenarkan rambut indah itu. Pria yang beruntung sekali. Karena ia tak begitu cocok untuk bidadari itu. Pria itu terlalu pendek untuk kaki indah yang kokoh itu. Bahkan wanita itu terlalu cantik  untuk menjadi pacar si pria pendek. Tapi entahlah.. Mungkin wanita itu mau menerima, dan tidak terlalu pilih-pilih. Entahlah.. Kalau dibanding-bandingkan, apa kelebihan pria itu dariku? Sudah jelas  lebih tinggi dan tampan aku darinya. Sekali lagi, pria itu hanya beruntung mendapatkannya, terlalu beruntung malah. Tapi tidak, ini hanya masalah waktu. Pria itu lebih dulu bertemu bidadari itu, waktu yang tepat. Coba saja aku yang lebih dulu? 

Ah, aku hanya iri pada pria itu. Tapi wanita itu pantas mendapatkan yang lebih baik, seharusnya. 

Aku tidak pernah tahan dengan wanita seperti ini.. Seperti itulah gambaran bidadari buatku.



2 komentar: