28 Oktober, 2014. Hari
ini, kami para pemuda beserta seluruh warga Indonesia yang pernah disebut “pemuda”
atau yang akan disebut “pemuda” nantinya, sedang memperingati Hari Sumpah
Pemuda, yang kalian ikrarkan, dulu, pada tanggal 28 Oktober tahun 1928. Sudah lama
sekali, ya. Entah ini sekadar memperingati
saja atau melanjutkan apa yang sudah ada, entahlah.
Tapi terima kasih, atas apa
yang telah kalian lakukan. Itu hebat.
Pemuda sekarang berbeda
dengan kalian, wahai para pencetus Sumpah Pemuda. Zaman telah berbeda, sudah
banyak perubahan, bahkan penulisan kata untuk “mendjoendjoeng bahasa
persatoean, bahasa Indonesia.” yang dulu kalian buat, kini tidak lagi sama. Kami
mengikuti perkembangan zaman. Kini pemuda kita banyak yang lebih tertarik
dengan bahasa asing ketimbang bahasa kita, kenapa? Entahlah, banyak alasannya.
Aku sendiri pun demikian, aku tertarik bahasa Inggris, Jepang, juga aku ingin
bisa berbahasa Prancis. Kenapa? Sudahlah kalian tidak perlu tau alasannya,
kalian tidak perlu mengerti “kenapa”. Bahkan Jepang, negara yang pernah
menjajah kita, negara yang mungkin sangat kalian benci saat itu, kini tak lagi
seburuk itu buatku, bahkan aku suka bahasa mereka. Aku suka film mereka, aku
suka Naruto, salah satu anime kesukaanku, kepunyaan mereka. Aku suka Jepang,
negara yang ada dalam list-ku untuk aku kunjungi suatu hari nanti. Kenapa? Kalian
tidak perlu mengerti. Juga Belanda, banyak dari kami yang membanggakan negara
ini
Zaman kita berbeda,
wahai leluhur. Zaman menuntut kami untuk berubah, zaman menuntut kami untuk mengetahui
tentang negara-negara lain, zaman menuntut kami untuk berbahasa menggunakan
bahasa negara asing, banyak dari kami yang menggunakan bahasa asing untuk
sehari-hari, atau dicampurkan, ketimbang menggunakan bahasa persatuan kita. Zaman
menuntut kami banyak hal. Sehingga mungkin dengan demikian, pemuda kini banyak
yang lebih membanggakan negara lain, ketimbang negara ini. Karena kami jadi
tahu kelebihan negara-negara lain ketimbang negara ini. Atau kami hanya kecewa
dengan negara ini? Kerena kami terlalu sering dikecewakan para pemimpin negara
ini, kini. Mungkin. Entahlah. Atau mungkin karena kami jadi kenal dengan
negara-negara lain, karena “tak kenal maka tak sayang” bukan? Atau kalian belum
pernah mendengarnya, ya? Sudahlah.
Tetapi biar demikian,
bukan berarti kami para pemuda tidak memiliki nasionalisme seperti yang menjadi
tujuan kalian dulu. Tidak. Kami masih punya itu.
Kami tidak lagi melawan
penjajah dengan mengangkat senjata secara terang-terangan. Kini kami
melawan penjajah yang terlihat samar, terlihat tidak seperti apa yang kalian bayangkan. Kami melawan sesama kami kini. Kenapa? Ini juga tidak perlu kalian mengerti, kenapa. Menurutku, kini perjuangan kami lebih berat dari kalian dulu. Kini, di zaman ini, perjuangan kami melanjutkan apa yang telah kalian mulai lebih berat.
melawan penjajah yang terlihat samar, terlihat tidak seperti apa yang kalian bayangkan. Kami melawan sesama kami kini. Kenapa? Ini juga tidak perlu kalian mengerti, kenapa. Menurutku, kini perjuangan kami lebih berat dari kalian dulu. Kini, di zaman ini, perjuangan kami melanjutkan apa yang telah kalian mulai lebih berat.
Yasudah, kalian
tenanglah di sana, tugas kalian sudah selesai. Biar kami lanjutkan di sini.
Oiya, aku juga mau
bersumpah seperti kalian, semoga aku ketularan hebatnya kalian.
Kami poetra dan poetri
Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Catatan:
- Tulisan ini dibuat untuk ikut serta
merayakan Hari Sumpah Pemuda dan juga Hari Blogger Nasional. Selamat!
- -Biarpun telat, yang penting niat.
-
-Lebih baik terlambat daripada tidak
samasekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar