Hari ini, hari minggu yang muram, sejak tadi
langit terus saja berwarna gelap kehitaman, seperti sudut-sudut jalanan di
malam yang kelam tanpa lampu penerangan yang pecah dan mati.
Langit sedang kesal, pada jarak, pada
rindunya, pada temu yang tak kunjung tiba, pada tidurnya yang sering terganggu,
pada telepon genggamnya yang mudah sekali kehabisan baterai, pada dirinya
sendiri yang mudah sekali kesal pada siapa saja dan apa saja yang mengesalkan.
Terutama pada jarak yang membuat ada jauh yang sangat antara hujan dan sang
kekasih. Bagaimana tidak, hari minggu yang seharusnya dihabiskan bersama
pemilik rindunya, membuatnya melupakan sejenak hiruk-pikuk kesibukan segala
macam kepenatan di hari-hari sebelumnya, membahagiakannya, menghilangkan semua
lelah di pundak dan telapak kakinya, menggenggam tangannya dengan kuat agar dia
merasa segalanya akan baik-baik saja, harus menemui sudut jalan yang buntu,
gelap, bernama Jarak.
Hujan sedang turun dengan deras di kotaku
saat tulisan ini kuketik melalui papanketik di laptop yang sedari tadi berada
di atas meja, darinya pula sumber suara dengan melodi yang tersusun indah
perpaduan suara gitar elektrik, bass, drum, dan juga suara serak seorang lelaki
yang berteriak lantang namun tidak jelas apa ucapannya, yang aku tahu, aku
menikmatinya sejak pertama kunyalakan. Bersamaan dengan butiran air yang jatuh
dari langit berpercik saat terhempas ke teras rumah dan menyisakan
bintik-bintik di jendela, ikut membawa kembali ingatan-ingatan yang meminta
dihidupkan kembali.
Hujan dan kenangan, entah ada apa dengan
mereka berdua, selalu saja datang disaat bersamaan. Sepaket. Merepotkan. Lalu
disaat itu pula aku harus kembali mengunjungi Negeri Ingatan yang jauh berada
di masalalu, hanya di Negeri Ingatan aku bisa mengulang setiap ingatan, namun tetap
tidak bisa merubah kenyataan.
Hanya orang-orang yang sedang atau pernah
mencintai Hujan saja yang bisa datang ke Negeri Ingatan.
Aku harus menembus langit melewati hujan,
menghindar dari tiap sambaran petir yang mencoba menghentikan, kadang sesekali
aku harus meminjam awan kinton agar aku bisa melaju dengan kecepatan kilat
menyelinap di antara awan-awan, untuk mengobrak-abrik tempat itu mencari sebuah
kenangan yang coba kuulang lagi. Sebuah ingatan tentang kemarin, tentang
ingatan malam tadi.
Tapi selalu saja ada yang menjaga Negeri
Ingatan, seorang pria tua, seorang dewa juga seorang raja, malah pria tua itu
adalah raja para dewa. Namanya Zeus, aku tahu saat pertama
kali kami bertemu, pria tinggi besar itu selalu menyebutkan namanya pada siapa saja yang datang. Zeus selalu berada di sana dihari tuanya, menunggu lawan, menyalurkan hobi, bermain catur. Siapa saja yang ingin masuk Negeri Ingatan harus lebih dulu melawannya dalam peperangan di papan catur. Namun dia adalah pria yang baik hati, sering kali aku kalah melawannya bermain, tapi dia tetap mengizinkan aku masuk, tapi tidak hari ini, sebab dalam pertarungan yang entah keberapa sekarang, aku yang menang. Zeus kaget, sebab aku ada kemajuan dalam bermain catur. Zeus kembali menunggu lawan saat aku berjalan masuk Negeri Ingatan, rambutnya yang keriting sebahu bergoyang dihembus angin.
kali kami bertemu, pria tinggi besar itu selalu menyebutkan namanya pada siapa saja yang datang. Zeus selalu berada di sana dihari tuanya, menunggu lawan, menyalurkan hobi, bermain catur. Siapa saja yang ingin masuk Negeri Ingatan harus lebih dulu melawannya dalam peperangan di papan catur. Namun dia adalah pria yang baik hati, sering kali aku kalah melawannya bermain, tapi dia tetap mengizinkan aku masuk, tapi tidak hari ini, sebab dalam pertarungan yang entah keberapa sekarang, aku yang menang. Zeus kaget, sebab aku ada kemajuan dalam bermain catur. Zeus kembali menunggu lawan saat aku berjalan masuk Negeri Ingatan, rambutnya yang keriting sebahu bergoyang dihembus angin.
Negeri Ingatan adalah tempat berkumpulnya
semua masalalu, segala ingatan, khayalan, dan angan-angan. Negeri ini berada
antara Awan dan Hujan, hanya ada saat kedua unsur itu bersamaan. Negeri Ingatan
merupakan sebuah pulau di langit, melayang, terbang, tidak ada penghuni tetap
di pulau ini, hanya ada siapa saja yang datang berkunjung, mencari sebuah
ingatan, dan mengulang. Pulau itu seperti sebuah lapangan, hanya ada tanah luas
tanpa pohon, rumput, hewan. Ada sebuah bangunan kokoh di tengah, merupakan
museum, tempat semua ingatan pulang.
Kucari apa yang menjadi tujuanku kemari, saat
tempat itu setengah berantakan, akhirnya aku menemukan sebuah ingatan, ingatan
tentang kemarin, tentang ingatan malam tadi.
Kumulai mengulang ingatan itu dari siang
hari...
Tengah hari sekitar jam 12 siang setelah
lelah tertidur seharian, akhirnya aku bangun. Hari ini sabtu, tanggal 30 Mei,
ini hariku. Sisa kebahagiaan tadi malam masih terasa siang ini, juga ada sesal
dan kesal menempel di tiap kebahagiaan itu, aku coba membersihkan semua
sekaligus, beserta daki-daki dan kotoran di gigi, aku mandi. Setelah selesai,
aku mendapati diriku sedang sangat kaget, bersamaan dengan datangnya sebuah
paket, sudah ada di mejaku, entah sejak kapan, entah dari siapa, entah pun
siapa yang menerimanya tadi saat diantar kurir. Kulihat paket itu dengan
terburu-buru tanpa sempat memakai baju lebih dulu, nama pengirimnya “Mevrouw”
sebuah senyum lahir di bibirku detik itu juga, lahir dengan operasi sesar sebab
ukurannya sangat besar, juga dengan kadar senang yang berat. Senyumku itu
gemuk.
Aku
terlihat sangat bahagia pasti, bagaimana tidak, nama itu sangat sering kulihat,
hampir setiap hari, pengirimnya seorang perempuan yang lama kutunggu, bersamaan
dengan itu rasa kecewa ikut muncul, sebab kau tidak ada bersama dengan kebahagiaan
ini, Rinduku. Banyak sekali darimu yang pantas dirindukan, Rahmi, senyum itu
misalnya. Aku adalah seekor semut yang sangat mengagumi senyum itu, senyum itu
bagai lautan gula yang disana aku rela tenggelam dan mati, jika mati pun, aku
akan mati dengan berbahagia.
Lalu apa salahnya?
Apa lagi yang aku harapkan?
Aku lebih memilih mendapat sekali saja kebahagiaan
yang benar-benar membuatku bahagia, setia pada kebahagiaan itu lalu mati bersamanya,
daripada hidup beratus tahun dan selalu mencari kebahagiaan ke setiap hati yang
kutemui.
Kubuka paket yang berbentuk kotak itu,
perlahan dan rapi tanpa merusak bungkusnya, aku terlalu senang, bahkan bungkusnya
ingin kusimpan. Kertas berwarna dasar putih dengan banyak gambar sapi di keseluruhan
kertas itu. Ada sapi yang tersenyum, juga ada yang dengan wajah serius dan
tatapan mata melotot. Aku tahu kau sangat suka minum susu, itu sebabnya
pilihanmu adalah kertas dengan banyak gambar sapi. Apa benar tebakanku, Rahmi?
Ada sebuah surat dalam kotak itu, juga beribu
bahkan berjuta benang yang terangkai terjahit rapi. Lirikan mataku langsung
menuju kertas yang terlipat, aku penasaran pada isi surat. Kau lipat dengan
tidak biasa surat itu, sayang, aku suka caramu melipatnya. Kubuka perlahan, aku
takut rusak dan koyak. Kubaca penuh hikmat, kau menulis kata “kangen” sebanyak
tiga kali dalam keseluruhan isi surat yang berjumlah dua lembar, dengan
tiba-tiba rinduku berlipat ganda, beribu lembar. Aku puas dengan rindumu. Ada delapan
gambar balon dan satu kue juga dalam suratmu, aku suka pemilihan jumlah dan
caramu menggambarnya, Rahmi. Kuciumi dan kupeluk dengan sangat suratmu, detik
itu pula rinduku beserta aku yang satunya terbang dengan kecepatan cahaya
menuju kotamu, memelukmu tanpa kau sadar, namun kau tahu, selalu ada aku tiap
kali kau rindu, di hati dan fikiranmu. Juga ada aku selalu disini yang merindu
dan menunggguimu.
Senja turun dengan cepat ini hari, aku tak
sempat melihat langit yang terbakar berwarna jingga kemerah-merahan, tanpa aku
sadar malam telah merenggut pagi, dan sang gelap membunuh matahari.
Malam ini kuputuskan untuk bermain bersama
teman-teman satu lingkungan tempat tinggalku saja, teman-temanku sedari kecil,
aku sadar aku sempat mengecewakan dan meninggalkan mereka, aku lebih banyak
menghabiskan waktu dengan teman-teman baru yang aku temukan di lingkungan lain.
Walau sebenarnya teman-teman baruku juga telah mengajak aku bermain bersama
mereka, tapi aku pilih teman lama. Kami pergi ke sebuah coffee shop tempat kami
sering berkumpul, tempat yang nyaman dan penuh keakraban, seluruh pegawainya
sudah mengenal kami, jadi kami fikir buat apa cari tempat lain. Malam ini kami
ramai, tidak seperti biasanya hanya empat atau lima orang saja, malam ini kami
bersembilan. Aku tidak curiga, kufikir biasa sebab ini hari minggu.
Meja tiba-tiba bergetar, getaran itu dari
telepon genggamku, ada panggilan masuk, pemilik rinduku yang menelepon, aku
tahu sebab ada wajah yang kurindukan itu muncul sebagai penanda. Aku girang,
buru-buru kutinggalkan temanku. Melalui suara kami hendak membunuh jarak. Kusampaikan
padanya masih tentang keluh rindu-rinduku yang rusuh, sebagai pemilik yang baik,
kau menenangkan mereka semua, Rahmi, rindu itu patuh pada perintahmu.
Saat aku kembali, terdengar lagu dari band
Zamrud diputar dengan kencang, terdengar jelas, ada lilin-lilin dengan nyala
api di atas sebuah kue, seorang temanku sedang memeganginya daritadi, seluruh
orang yang ada di situ saat itu ikut merayakan, mereka tertawa, ikut bernyanyi,
sebagian lagi membuat suara-suara gaduh yang membuat suasana riuh. Pegawai tempat
itu yang memutar lagunya atas permintaan seorang teman. Aku terkejut, pasti, perasaan
itu aneh, aku senang tapi aku malu, aku malu tapi aku ingin terus, aku seharusnya
tidak suka dibuat begini, tapi aku senang mereka melakukannya. Aku menghargai, mereka
mengingat hari ini, hari ini hariku. Aku senang, aku bersama mereka malam ini,
aku senang, aku memilih bersama mereka malam ini, aku senang, aku tidak mengecewakan
mereka lagi.
Kemudian bersama seorang temanku yang lain, kami bermain catur, dia seorang pemain catur yang baik, susah untuk membuatnya tersudut dan kalah, namun bukan berarti aku tidak bisa, hanya saja susah. Setelah melewati kesusahan itu, akhirnya aku menang melawannya.
Itulah alasan kenapa aku bisa menang melawan Zeus dalam peperangan di papan catur tadi.
Kemudian bersama seorang temanku yang lain, kami bermain catur, dia seorang pemain catur yang baik, susah untuk membuatnya tersudut dan kalah, namun bukan berarti aku tidak bisa, hanya saja susah. Setelah melewati kesusahan itu, akhirnya aku menang melawannya.
Itulah alasan kenapa aku bisa menang melawan Zeus dalam peperangan di papan catur tadi.
... dan begitulah ingatan itu berakhir..
Aku menemukan diriku sedang duduk di depan
laptop saat aku kembali pada kenyataan, saat aku sadar, hujan sudar pergi,
berhenti, reda. Suara pria yang terus berteriak dengan kata-kata tidak jelas
itu masih terdengar, kumatikan suara itu bersamaan dengan kututup laptopku.
Semua ingatan itu tersimpan indah di Negeri
Ingatan, menunggu untuk diulang lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar