“Nikmatilah
semua kenikmatan yang sedang kau rasakan saat ini, selama masih terus ada.
Karena saat waktunya tiba, semua akan hilang. Tapi ingatlah, akan ada
kenikmatan lain sebagai penggantinya.”
Ternyata
rinduku tidak terlalu tangguh untuk menahan jarak yang jauh, begitu rapuh,
bagai daun kering di musim kemarau yang bertebaran di tanah. Hancur terinjak,
remuk. Untung saja belum terlalu jauh hubungan yang kami tempuh, sehingga belum
begitu banyak kenangan yang harus dilupakan. Atau akan terlupakan dengan
sendirinya. Jahat? Bukan. Aku hanya
tidak siap, tidak kuat, tidak mau menunggu terlalu lama. Menunggu yang pasti
saja aku bosan, gimana menunggu yang hanya berdasar pada harapan?
Kenikmatan
itu hilang pada saatnya akan hilang, itu benar. Kini, aku sedang mencari
kenikmatan baru penggantinya. Bukan mencari yang gimana-gimana, cukup menjalani
hidup seperti biasa, hanya saja sekarang tanpanya. Itu saja. Dan yang benar
saja, entah aku yang menemukan atau aku yang ditemukan, kami bertemu di tengah.
Di tengah-tengah jalan Dewi Asmara, tempat bertemunya para pencinta.
Kenikmatan
itu datang lagi. Bukan, ini berbeda dari sebelumnya, hanya ada sedikit harapan
di sini, lebih banyak jalan baru yang kosong yang menunggu untuk kami jalani
bersama. Tanpa direncanakan sebelumnya, eh, tapi entahlah. Mungkin sudah, Tuhan
yang merencanakan, kami pun punya sudut ruangan kesukaan kami. Beberapa kali
sudah kami memutuskan bertemu di situ, suasana baru, tempat baru, orang baru,
cerita baru. Ah, aku tidak sabar ingin menceritakannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar