21 Januari 2015

Ditinggalkan itu Menakutkan



Pernah kau merasa takut?
Pernah kau takut akan ketakutanmu?
Apa yang kau takutkan?

Aku takut, aku punya ketakutan, aku takut akan ketakutanku, ketakutan yang terlalu kufikirkan saja mungkin, sehingga membuat aku takut. Bahkan pria garang dan brewokan seperti aku pun punya ketakutan, aku sungguh tidak menyangka. Ah, aku memang terlalu berlebihan dalam memikirkan sesuatu. Terlebih itu Kau, kesayanganku, aku sangat keterlaluan dalam memikirkanmu. Maafkan keterlaluanku itu, tapi seperti itulah aku.

Ketakutan itu bisa muncul untuk hal yang kau sukai, saat kau terlalu merasa memiliki sesuatu kau akan merasa takut kehilangannya. Itu wajar. Saat aku merasa suka sesuatu aku harus memilikinya, dan saat aku memilikinya aku akan sangat takut kehilangannya, lalu menjaganya adalah pilihan terbaik. Agar tidak hilang, agar tidak pergi. Terutama Kau, Sayangku, kau milikku sekarang, dan menjagamu agar tidak pergi serta hilang adalah pekerjaan tersulitnya. Tapi tunggu, jika aku kehilanganmu itu sama artinya Kau juga akan kehilangan aku, jadi bukan pekerjaanku sendiri untuk menjagamu, Sayang, tapi Kau juga punya tanggungjawab di situ, untuk membantuku menjagamu. Mari kita menjaga kita.

Lalu apa yang lebih menakutkan dari kehilangan? Adalah ditinggalkan.

Aku tidak suka menjadi orang yang ditinggalkan, tapi tidak pula aku suka meninggalkan orang, walau pernah, tapi aku tau itu tidak menyenangkan. Ditinggalkan itu menakutkan. Ditinggalkan adalah saat kau tidak ingin sendiri tapi orang-orang pergi. Terkhusus Kau, Sayang, Kau rumah bagiku kini, jangan pergi, jangan tinggalkan aku. Pernah Kau pergi meninggalkan rumah, Sayang? Tentu pernah. Lalu saat rindu rumah yang kau lakukan hanyalah pulang. Tapi pernah Kau berfikir, Sayang, jika rumah yang pergi meninggalkanmu? Saat rindu, apa yang akan Kau lakukan? Mencari rumah baru?

Jika harus mencari, aku takut, aku takut tidak akan ada lagi rumah sepertimu, tidak akan ada lagi rumah senyaman Kau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar