20 Mei 2015

Cintaku Berada di Lhokseumawe




Terakhir kuingat dua tahun lalu kota ini tidak terlalu besar, ada sebuah restoran makanan cepat saji di sana dan hanya itu satu-satunya. Tepat di pinggir jalan yang menghubungkan terminal bus dan pusat kota. Mataku merah, sedikit menyeramkan untuk dilihat disaat langit masih sedikit gelap menuju pagi, terlihat seperti zombie yang berjalan. Karena selalu kupejamkan dan tak pernah tertidur, sebab biasanya aku memang tak bisa tidur di tempat tidur duduk yang berjalan juga berbau. Kalau aku pernah maka itu tidak biasa. Subuh itu sesampainya di kota pisang saleh yang belum pernah aku rasakan, aku sempat menikmati secangkir kopi yang memang menjadi andalan warga sekitar. Kopi itu manis sedikit kelat pahit, mengingatkan aku akan banyak hal.

Hal-hal menyenangkan yang disaat bersamaan juga menyedihkan. Mungkin itulah keseimbangan hidup. Aku yakin tidak akan ada kebahagiaan yang terus-menerus, atau kesusahan yang tak sudah-sudah. Selalu ada keseimbangan di dunia ini dan begitulah cara kerjanya. Maka saat kulihat uang yang tidaklah terlalu banyak, aku sedikit sedih juga khawatir untuk pergi kesana-kesini. Tapi semua cerita dari setiap sudut kota ini tidak mungkin tidak aku nikmati, lalu disaat inilah keseimbangan itu datang. Aku hanya perlu berhemat. Kota ini begitu asing, tidak ada yang kukenal. Aku tidak berharap akan menemukan jodohku disini saat itu. Bahkan aku tidak memikirkannya, aku hanya berfikir bagaimana aku menikmati semua ini dan uangku cukup, itu saja.

Sekarang dua tahun setelahnya,
hujan sedang banyak-banyaknya turun membasahi kotaku. Siang yang seharusnya panas gerah menjadi sedikit sejuk dan tenang. Pas sekali untuk tidur. Tapi aku tidak, aku sedang menungggu kabar dari seorang perempuan, menatap awan gelap yang menurunkan banyak tetesan air melalui jendela tempat aku duduk. Entah perempuan itu sudah makan atau tidak.
 Saat ini juga disaat bersamaan di kota yang tidak kalah panas itu ada seorang perempuan yang sangat kukenal tinggal di sana. Aku tidak pernah berfikir akan kembali lagi ke kota itu menemuinya, aku tidak pernah tau kalau seseorang yang paling ingin kukenal akan berasal dari kota kecil dengan banyak pantai itu.

Tiba-tiba mejaku bergetar, getaran itu berasal dari telepon genggam yang daritadi kulihat, kuangkat, lalu kuletak lagi terus berulang-ulang. Kabar itu datang, itu perempuanku. Ia menanyakan apakah aku sudah makan. Aku jawab belum, aku sedang tidak selera untuk makan. Dan itu juga jawaban yang sama darinnya. Sebegitunya seorang yang sedang  jatuh-jatuhnya ke dalam cinta ditambah lagi sedang merindu segila-gilanya. Tapi itu aku, tidak tau kenapa ia tidak selera makan. Sesingkat itu, perempuanku harus kembali lagi ke pekerjaannya, kabar itu pun harus diakhiri. Aku melanjukan merindunya, saat ini hanya itu yang bisa kulakukan.

Kabar itu dikirim dari kotanya, Lhokseumawe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar