24 Juni 2015

Aku Suka Kita

Mata bulat, ramah, bibir menyala merah, dan senyum yang indah pada dirimu adalah keseluruhan cintaku atas kau. Kau adalah keindahan itu.

Rahmi,

Kau adalah perempuan tanpa lelah dan tak ingin kalah atas perilaku dan tingkah aneh serta semua susah dari seorang aku yang tidak seharusnya kau jamah. Keluh, rusuh, dan segala tingkah yang tidak juga membuatmu menyerah. Pelan-pelan kau sudah mengajarkanku tentang sebuah pemahaman, sebuah arti dari kata “pengertian”. Aku belum faham betul tentang keseluruhan arti, namun pelan-pelan aku bisa, pasti. Kita sepakat jika kita bukanlah orang yang sabar, tapi kita juga bukan orang-orang lemah dengan kebiasaan menyerah dan kalah. Kita tidak seperti itu kan, Rahmi? Kita akan sabar, kita bisa bersabar, kita bisa untuk seseorang yang memang pantas untuk ditunggu, aku setuju denganmu. Kau tahu, Rahmi? Aku bahagia, sangat, aku bahagia karena aku adalah seseorang yang pantas untuk sabarmu.

Aku pernah jatuh cinta padamu, kira-kira sekitar 240 kali dalam 400 hari perkenalan kita. Akan terdengar seperti gombalan anak SMA yang sedang merayu teman sekelasnya jika aku katakan aku tidak pernah seperti itu sebelumnya, jadi aku akan bilang, aku jarang seperti itu. Tidak sering. Aku pun baru tahu, ternyata aku bisa sebegitunya. Angka itu Rahmi, akan terus bertambah sampai aku tidak bisa mengingat pasti jumlahnya. Jatuh cintaku padamu benar-benar jatuh, sangat dalam, sepertinya aku jatuh pada lubang yang teramat jauh ke dasar bumi, tapi tunggu, itu bukan bumi, itu dasar hati, milikmu. Dengan sangat nyaman pula kau tangkap aku dari jatuhku, rasanya seperti menjatuhkan badan pada tempat tidur yang sangat empuk di jam pulang kerja ketika kau lelah dan penat dengan semua urusan kerja, pada dunia beserta segala isinya yang teramat sangat mengesalkan ini. Bagaimana mungkin aku tidak ingin mengulanginya lagi, perasaan itu, tidak kudapat dimanapun, dari siapapun, hanya kau.

Bukan hanya itu, Rahmi, kau ajarkan pula aku tetang cara bagaimana mencintai seseorang ketika ia sedang sangat menyebalkan. Hehe. Maksudku aku, aku yang sekarang ini begitu menyebalkan tetap mendapat cinta yang sama darimu, tidak kurang, walau perhatianmu terbagi oleh kerjaan, tapi cintamu tetap begitu padaku, sehingga kemudian akupun bisa tetap mencintaimu ketika kau sangat-sangat menyebalkan. Hahahaha

Cinta kita adalah pembelajaran, pemahaman, pengertian,
juga kesabaran. Kau yang mesti menahan ingin untuk temu dalam jauh yang beberapa kali membuat pagimu terbangun dengan perasaan begitu aneh, seakan semua yang bisa kau rasakan bertemu, berpadu jadi satu, lalu secara serentak kau rasakan semua sekaligus, membuatmu hampir tak bisa menerima begitu banyak perasaan secara bersamaan, tapi kau tahu, itulah rindu. Sedang aku, yang harus terus-menerus melawan ego, pemikiran aneh dari dalam dan luar aku, bisikan dari jarak yang mengajak untuk melepaskan semua, lalu bergembira bebas tanpa ada lagi pusing dan bingung soal rindu yang itu-itu saja. Kita tahu, kita tidak senang hati dengan keadaan yang sekarang ini, tapi begitulah kita diajarkan bertahan oleh masing-masing kita yang memang pantas dipertahankan. Semoga kita tetap pantas.

Maaf untuk semua tingkah kekanak-kanakan dari kekasihmu ini, Rahmi, tapi bukankah memang begitu, katanya; perempuan selalu lebih dewasa dari pria seumurannya. Aku tahu itu hanya alasan saja, iya, aku akan jadi lebih dewasa.

Oiya, Rahmi..

Malam tadi, bulan sangat terang, begitu tenang. Mengusir suasana sebelumnya yang hanya diam antara kita, diam kita yang sama-sama menunggu, menunggu ada kembang api tiba-tiba meledak entah darimana  datangnya sehingga membunuh sunyi dengan kerlip cahaya berwarna dan suara megah, pecah. Malam tadi, kau begitu menggemaskan, membawa kembali suasana yang seperti biasanya, seperti yang sangat kita kenal, seperti hari-hari dimana tawa dan canda kita lahir. Suasana saat hati kita begitu asik untuk diajak bermain. Aku suka kita bisa memperbaiki keadaan. Aku suka percakapan kita tadi malam.

Aku suka Kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar