Perempuan,
Pertemuan
adalah semacam hal kebetulan yang tidak disengaja dan terjadi begitu saja.
Bagaimana dua orang tidak saling kenal bertemu di persimpangan jalan, hanya
saling tatap lalu pergi tanpa sapa atau bertukar nama. Tapi buatku pertemuan
lebih dari itu semua, pertemuan merupakan awal dari sebuah cerita yang
barangkali sudah ditulis jauh-jauh hari oleh seorang penulis yang kuberinama
semesta.
Pertemuan
bagai awan yang merubah dirinya menjadi gumpalan air bertumpuk hingga tak
tertahan, lalu menjatuhkan diri ke bumi dan berbenturan dengan tanah dan
bebatuan. Pertemuan antara awan dan bebatuan itu aku berinama hujan. Jauh
sebelum itu hujan sudah lebih dulu melalui proses yang sangat lama untuk
kemudian sampai ke tanah dan menciptakan sungai-sungai kecil. Lalu di kemudian
hari setelah kuberi nama, setiap manusia akan sangat menyukai kejadian alam ini,
dan berlomba-lomba menuliskan sajak untuk hujan.
Andai
kau baca surat ini wahai Perempuan,
Dan
aku yakin pertemuanku denganmu itu juga sama halnya bagai hujan, tidak ada
kebetulan disana. Perempuan berjilbab gaya modern berwarna merah marun dengan
kaos putih berlukiskan wajah seseorang yang tidak begitu kukenal namun aku tahu
seseorang itu adalah John Lennon, kemudian ditutup dengan flannel coklat dari
luar. Disempurnahkan oleh rok merah muda panjang menutup mata kakinya yang
dibalut sepatu putih bercorak bunga-bunga di seluruh bagian sepatu yang ia
pakai. Kakinya sangat lincah bergerak ke sana- ke mari dengan sepatu motif
bunga.
Perempuan
barbaju John Lennon yang aku belum tahu siapa namanya, andai pertemuan kita kemarin
yang sudah direncanakan oleh semesta bocor dan beritanya sampai pada telingaku,
maka surat ini sudah lebih dulu kutulis dan kuberikan langsung padamu. Aku juga
sudah pasti telah mempersiapkan keberanian untuk menanyakan namamu walau di
depan teman-teman yang selalu saja mengelilingimu bagai induk itik yang selalu
bersama anak-anaknya.. Atau andai saja seseorang di belahan dunia lain telah
berhasil menciptakan mesin waktu, maka aku akan berlari memutari bumi menemuinya
dan memintanya untuk membawaku ke masalalu dan menemuimu di hari kemarin dengan
sebuah surat merah muda di tangan kananku, surat beraroma wangi dari parfum yang ku pakai. Agar ketika kau baca surat ini, kau tidak akan henti-hentinya
menciumi bau yang sama dengan bau badanku. Maka setelahnya kau akan sangat
mengenali bau itu.
Perempuan
berbaju John Lennon yang terus saja muncul di kepalaku, kapankah kiranya
pertemuan kita selanjutnya akan ditulis oleh semesta. Akankah besok atau lusa. Atau
hari itu sebernarnya sudah ditulis jauh-jauh hari sebelum pertemuan kita yang
pertama. Andai aku punya orang dalam di kantor ke-semesta-an yang akan
membocorkan padaku tentang hari yang kutunggu-tunggu itu. Ah, apa lagi yang
bisa dilakukan seseorang yang sedang jatuh cinta kecuali berandai-andai, kan
Perempuan?
Perempuan
bersepatu bunga-bunga, aku masih ingat bagaimana rok merah mudamu bergoyang-goyang
ketika kau sedang berjalan. Warna yang sangat teduh di tatapanku, ingin aku
berlama-lama menangkap tiap gerakan dari rok itu kalau saja anak-anak itikmu
tidak menghalangi pandanganku. Biarlah aku berandai lagi wahai Perempuan, akan
sangat mengasikkan rasanya ketika pertemuan kita selanjutnya tidak akan lagi
ada yang mengganggu. Hanya ada kau dan aku. Menikmati sore menunggu senja,
menghitung waktu hingga matahari terbenam, dan berharap semuanya tidak akan
pernah berakhir. Kemudian mengulangi hal yang sama esok dan seterusnya. Hingga kita
bosan. Atau barangkali kita tidak akan pernah bosan dengan kebahagiaan.
Perempuan
berjilbab merah marun, bagaimana jika semesta hanya menuliskan kisah kita
sampai pertemuan kita kemarin saja. Atau bagaimana jika semesta kehabisan ide
dan tidak lagi mood melanjutkan cerita kita. Bagaimana jika semesta sedang
patah hati dan iri dengan kisah asmara karakter-karakter dalam tulisannya
sehingga tidak ingin ceritanya berakhir bahagia. Bagaimana jika akhir cerita
kita adalah kita harus berpisah karena tuntutan kedewasaan dan hal-hal lain di
luar kita. Bagaimana jika kita tidak akan pernah bersama selamanya. Bagaimana
jika kita hanya akan saling memikirkan tanpa pernah dipertemukan. Ah, aku
sangat takut dengan hal-hal yang seharusnya tidak perlu aku fikirkan.
Asmara
itu menerka-nerka, Perempuan. Sedang cinta itu katanya buta. Kita hanya akan
lelah menebak dan tidak melihat jawaban atas apapun. Seharusnya kita cukup
menjalani dengan segala kemungkinan dan kejutan yang ada, bukan malah
menerka-nerka bagaimana akhirnya.
Semoga
saja kisah yang ditulis semesta indah buat kita.
Seseorang
yang kau temui kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar