3 Februari 2016

Perempuan Berbaju John Lennon

Perempuan,


Pertemuan adalah semacam hal kebetulan yang tidak disengaja dan terjadi begitu saja. Bagaimana dua orang tidak saling kenal bertemu di persimpangan jalan, hanya saling tatap lalu pergi tanpa sapa atau bertukar nama. Tapi buatku pertemuan lebih dari itu semua, pertemuan merupakan awal dari sebuah cerita yang barangkali sudah ditulis jauh-jauh hari oleh seorang penulis yang kuberinama semesta.


Pertemuan bagai awan yang merubah dirinya menjadi gumpalan air bertumpuk hingga tak tertahan, lalu menjatuhkan diri ke bumi dan berbenturan dengan tanah dan bebatuan. Pertemuan antara awan dan bebatuan itu aku berinama hujan. Jauh sebelum itu hujan sudah lebih dulu melalui proses yang sangat lama untuk kemudian sampai ke tanah dan menciptakan sungai-sungai kecil. Lalu di kemudian hari setelah kuberi nama, setiap manusia akan sangat menyukai kejadian alam ini, dan berlomba-lomba menuliskan sajak untuk hujan.


Andai kau baca surat ini wahai Perempuan,

Dan aku yakin pertemuanku denganmu itu juga sama halnya bagai hujan, tidak ada kebetulan disana. Perempuan berjilbab gaya modern berwarna merah marun dengan kaos putih berlukiskan wajah seseorang yang tidak begitu kukenal namun aku tahu seseorang itu adalah John Lennon, kemudian ditutup dengan flannel coklat dari luar. Disempurnahkan oleh rok merah muda panjang menutup mata kakinya yang dibalut sepatu putih bercorak bunga-bunga di seluruh bagian sepatu yang ia pakai. Kakinya sangat lincah bergerak ke sana- ke mari dengan sepatu motif bunga.


Perempuan barbaju John Lennon yang aku belum tahu siapa namanya, andai pertemuan kita kemarin yang sudah direncanakan oleh semesta bocor dan beritanya sampai pada telingaku, maka surat ini sudah lebih dulu kutulis dan kuberikan langsung padamu. Aku juga sudah pasti telah mempersiapkan keberanian untuk menanyakan namamu walau di depan teman-teman yang selalu saja mengelilingimu bagai induk itik yang selalu bersama anak-anaknya.. Atau andai saja seseorang di belahan dunia lain telah berhasil menciptakan mesin waktu, maka aku akan berlari memutari bumi menemuinya dan memintanya untuk membawaku ke masalalu dan menemuimu di hari kemarin dengan sebuah surat merah muda di tangan kananku, surat beraroma wangi dari parfum yang ku pakai. Agar ketika kau baca surat ini, kau tidak akan henti-hentinya menciumi bau yang sama dengan bau badanku. Maka setelahnya kau akan sangat mengenali bau itu.


Perempuan berbaju John Lennon yang terus saja muncul di kepalaku, kapankah kiranya pertemuan kita selanjutnya akan ditulis oleh semesta. Akankah besok atau lusa. Atau hari itu sebernarnya sudah ditulis jauh-jauh hari sebelum pertemuan kita yang pertama. Andai aku punya orang dalam di kantor ke-semesta-an yang akan membocorkan padaku tentang hari yang kutunggu-tunggu itu. Ah, apa lagi yang bisa dilakukan seseorang yang sedang jatuh cinta kecuali berandai-andai, kan Perempuan?


Perempuan bersepatu bunga-bunga, aku masih ingat bagaimana rok merah mudamu bergoyang-goyang ketika kau sedang berjalan. Warna yang sangat teduh di tatapanku, ingin aku berlama-lama menangkap tiap gerakan dari rok itu kalau saja anak-anak itikmu tidak menghalangi pandanganku. Biarlah aku berandai lagi wahai Perempuan, akan sangat mengasikkan rasanya ketika pertemuan kita selanjutnya tidak akan lagi ada yang mengganggu. Hanya ada kau dan aku. Menikmati sore menunggu senja, menghitung waktu hingga matahari terbenam, dan berharap semuanya tidak akan pernah berakhir. Kemudian mengulangi hal yang sama esok dan seterusnya. Hingga kita bosan. Atau barangkali kita tidak akan pernah bosan dengan kebahagiaan.


Perempuan berjilbab merah marun, bagaimana jika semesta hanya menuliskan kisah kita sampai pertemuan kita kemarin saja. Atau bagaimana jika semesta kehabisan ide dan tidak lagi mood melanjutkan cerita kita. Bagaimana jika semesta sedang patah hati dan iri dengan kisah asmara karakter-karakter dalam tulisannya sehingga tidak ingin ceritanya berakhir bahagia. Bagaimana jika akhir cerita kita adalah kita harus berpisah karena tuntutan kedewasaan dan hal-hal lain di luar kita. Bagaimana jika kita tidak akan pernah bersama selamanya. Bagaimana jika kita hanya akan saling memikirkan tanpa pernah dipertemukan. Ah, aku sangat takut dengan hal-hal yang seharusnya tidak perlu aku fikirkan.

Asmara itu menerka-nerka, Perempuan. Sedang cinta itu katanya buta. Kita hanya akan lelah menebak dan tidak melihat jawaban atas apapun. Seharusnya kita cukup menjalani dengan segala kemungkinan dan kejutan yang ada, bukan malah menerka-nerka bagaimana akhirnya.


Semoga saja kisah yang ditulis semesta indah buat kita.





Seseorang yang kau temui kemarin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar