Tidak
ada yang selamanya, Rahmi.
Tidak
di dunia ini. Selamanya hanyalah harapan. Walau begitu seseorang tidak akan
selamanya berharap. Selalu ada akhir untuk segalanya. Seperti senja yang kau
pandangi Rahmi, itu akan berakhir, tenggelam dimakan malam. Jingga itu akan
memudar, kemilau keemasan tidak akan terus-terusan menyilaukan. Pun dengan
kita, cinta itu tidak selamanya. Kebahagiaan itu, kegembiraan, tawa-tawa,
pertengkaran, segalanya.
Bahkan
untuk sesuatu yang menyenangkan, untuk hal indah sekalipun tidak akan ada
selamanya. Satu-satunya yang selamanya hanyalah kebenaran tentang tidak akan
ada selamanya. Tidak di dunia ini.
Lalu
apa yang sebenarnya aku kecewakan? Entahlah, mungkin aku hanya merasa belum
cukup waktu bersamamu. Mungkin setahun lagi, ah tidak, harapanku terlalu besar.
Sehari lagi saja pun akan lebih baik rasanya. Menghabiskan kesenangan terakhir
bersamamu lalu membiarkan kekosongan memakan setiap jengkal dari kepalaku yang
seluruhnya berisi kau, kita, kau lagi, kenangan kita, dan masih saja kau. Kemudian
barangkali aku akan pergi menghadap malam untuk menjadi gelap dan kelam sebab
aku tidak lagi senja buatmu.
Rahmiku..
Setelahnya,
jika kau tidak sengaja memikirkanku, atau kau terbangun dari tidurmu yang tidak
lagi senyenyak dulu, lihatlah keluar jendela. Mungkin saja kau akan melihatku
di tengah-tengah malam.
Dari
aku, yang berharap menjadi selamanya-mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar