2 Februari 2016

Senja Berganti Malam

Tidak ada yang selamanya, Rahmi.


Tidak di dunia ini. Selamanya hanyalah harapan. Walau begitu seseorang tidak akan selamanya berharap. Selalu ada akhir untuk segalanya. Seperti senja yang kau pandangi Rahmi, itu akan berakhir, tenggelam dimakan malam. Jingga itu akan memudar, kemilau keemasan tidak akan terus-terusan menyilaukan. Pun dengan kita, cinta itu tidak selamanya. Kebahagiaan itu, kegembiraan, tawa-tawa, pertengkaran, segalanya.


Bahkan untuk sesuatu yang menyenangkan, untuk hal indah sekalipun tidak akan ada selamanya. Satu-satunya yang selamanya hanyalah kebenaran tentang tidak akan ada selamanya. Tidak di dunia ini.

Lalu apa yang sebenarnya aku kecewakan? Entahlah, mungkin aku hanya merasa belum cukup waktu bersamamu. Mungkin setahun lagi, ah tidak, harapanku terlalu besar. Sehari lagi saja pun akan lebih baik rasanya. Menghabiskan kesenangan terakhir bersamamu lalu membiarkan kekosongan memakan setiap jengkal dari kepalaku yang seluruhnya berisi kau, kita, kau lagi, kenangan kita, dan masih saja kau. Kemudian barangkali aku akan pergi menghadap malam untuk menjadi gelap dan kelam sebab aku tidak lagi senja buatmu.


Rahmiku..


Setelahnya, jika kau tidak sengaja memikirkanku, atau kau terbangun dari tidurmu yang tidak lagi senyenyak dulu, lihatlah keluar jendela. Mungkin saja kau akan melihatku di tengah-tengah malam.



Dari aku, yang berharap menjadi selamanya-mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar